Melihat kenyataan di Indonesia
sekarang, banyak lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi
yang membuka e-Learning untuk peserta didiknya, dan tidak hanya itu,
lembaga-lembaga pendidikan non-formal pun banyak yang menyediakan pembelajaran
berbasis e-Learning. Hal ini menandakan adanya animo atau perhatian masyarakat
terhadap masuknya e-Learning dalam budaya pendidikan masyarakat.
Jika ditinjau dari aspek kebutuhan masyarakat, maka dapat
ditarik implikasi: Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan masyarakat mulai
bergeser dari pendidikan yang dipandang hanya dapat diperoleh di
sekolah-sekolah konvensional, kini mereka mulai menyadari adanya kebutuhan
pendidikan sepanjang hayat yang dapat diakses secara fleksibel, baik dari segi
waktu maupun tempat.
E-Learning/online learning kemudian muncul sebagai salah satu solusi akan adanya kebutuhan tersebut.
E-Learning/online learning kemudian muncul sebagai salah satu solusi akan adanya kebutuhan tersebut.
Jika ditinjau dari aspek budaya
atau socio-cultur Indonesia,
e-learning sangat mungkin untuk dikembangkan di Indonesia. Indonesia sebagai
negara berkembang, tentunya tidak terlepas juga dari perkembangan pada aspek
pendidikan serta masyarakatnya demi menuju sebuah modernisasi (berubah dari
gaya hidup tradisional menuju ke yang lebih maju untuk meningkatkan kualitas
hidup). Aspek socio-cultur dapat
meliputi sub-sub aspek seperti SDM, lingkungan, norma/aturan, SDA, dan gaya
hidup, yang kemudian seluruh sub-sub tersebut saling terkait dalam menentukan
kesiapan Indonesia terhadap masuknya e-Learning. Titik poin e-learning terletak
pada kemandirian peserta didik, sehingga masalah utama dalam aspek socio-cultur masih terletak pada
kemampuan SDM itu sendiri. Penggunaan e-learning di Indonesia dapat diterapkan
jika telah ada kesiapan SDM dari
pengembang maupun pemakainya. Indonesia pastinya dapat menerapkan e-Learning
mengingat telah banyak praktik e-learning yang digunakan di sekolah/lembaga
pendidikan lainnya, namun permasalahannya karakteristik SDM yang ada belum siap untuk dapat mengeklplorasi
keberadaan e-Learning dengan semaksimal mungkin. Kurangnya pengetahuan tentang
dasar-dasar desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, maupun evaluasi
dalam e-Learning, menyebabkan banyak sekolah ataupun instansi pendidikan yang
hanya menerapkan e-learning secara ‘mentah’.
Dengan model penerapan tersebut, keberadaan e-Learning seakan masih menjadi PR
untuk terus dikembangkan baik dalam konsep maupun praktinya, yang salah satunya
dimulai dengan mengupgrade pemahaman serta kemampuan SDM pengembang dan
pengguna e-Learning.
Jika ditinjau dari aspek teori belajar, e-Learning dapat menjadi
media yang kompatibel untuk masing-masing teori belajar (behavioristik,
kognitif, dan konstruktivistik). E-learning dapat memfasilitasi teori-teori
belajar tersebut dalam mendesain proses pembelajaran yang berbasis e-learning
namun tetap berpedoman pada teori belajar yang ada. Behavioristik,
kognitivistik, dan konstruktivistik merupakan dasar teori yang digunakan sebagai
acuan pelaksanaan e-learning, karena pada dasarnya proses pembelajaran yang ada
dalam lingkungan belajar elearning memiliki karakteristik yang sama dengan
lingkungan belajar konvensional, dimana terdapat komponen : peserta didik;
materi pembelajaran; pembimbing/tutor/fasilitator; tempat belajar; dan media
pembelajaran. Perbedaan proses pembelajaran pada elearning dan pembelajaran
konvensional hanya tertelak pada waktu dan tempat belajar. Dengan adanya
kesamaan karakteristik maupun komponen dalam belajar konvensional dengan
pembelajaran berbasis elearning, maka sangat memungkinkan sekali untuk dapat
diterapkan teori belajar (behavioristik, kognitivistik, dan konstruktivistik)
pada lingkungan belajar online, layaknya pembelajaran di kelas.
Berdasarkan analisis dari
masing-masing aspek tersebut, maka dapat saya simpulkan bahwa :
E-learning kemungkinan dapat
diterapkan di Indonesia. Apabila e-Learning dilihat secara pragmatis, Indonesia telah dan dapat menerapkan elearning dalam
proses pembelajaranya. Terbukti dari beberapa situs yang berisi pembelajaran on-line
(Rumah Belajar, Jogja Belajar, dsb.) serta program pendidikan online yang
digunakan di sekolah-sekolah dan instansi pendidikan (Perguruan Tinggi, Universitas
Terbuka, Kursus, dsb). Akan tetapi jika dipandang dari segi penggunaan
elearning yang efektif dan efisien,
mungkin Indonesia masih perlu banyak belajar. Hal ini ditandai dengan, masih
sulitnya masyarakat Indonesia dalam mengembangkan kultur kemandirian dan
prinsip belajar sepanjang hayat. Sehingga terkadang, sebuah desain pembelajaran
elearning yang baik, kurang diimbangi dengan peran serta pendidik ataupun
peserta didik yang interaktif dan kompeten menjalankannya. Kemudian hal-hal
tersebutlah yang menyebabkan masih sulitnya penerapan elearning sebagai
alternatif proses pembelajaran.
0 komentar:
Post a Comment