Pages

Friday, December 21, 2012

Dapatkah Pembelajaran Berbasis E-Learning Diterapkan di Indonesia?


Melihat kenyataan di Indonesia sekarang, banyak lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi yang membuka e-Learning untuk peserta didiknya, dan tidak hanya itu, lembaga-lembaga pendidikan non-formal pun banyak yang menyediakan pembelajaran berbasis e-Learning. Hal ini menandakan adanya animo atau perhatian masyarakat terhadap masuknya e-Learning dalam budaya pendidikan masyarakat. 
Jika ditinjau dari aspek kebutuhan masyarakat, maka dapat ditarik implikasi: Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan masyarakat mulai bergeser dari pendidikan yang dipandang hanya dapat diperoleh di sekolah-sekolah konvensional, kini mereka mulai menyadari adanya kebutuhan pendidikan sepanjang hayat yang dapat diakses secara fleksibel, baik dari segi waktu maupun tempat.
E-Learning/online learning kemudian muncul sebagai salah satu solusi akan adanya kebutuhan tersebut.
Jika ditinjau dari aspek budaya atau socio-cultur Indonesia, e-learning sangat mungkin untuk dikembangkan di Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang, tentunya tidak terlepas juga dari perkembangan pada aspek pendidikan serta masyarakatnya demi menuju sebuah modernisasi (berubah dari gaya hidup tradisional menuju ke yang lebih maju untuk meningkatkan kualitas hidup). Aspek socio-cultur dapat meliputi sub-sub aspek seperti SDM, lingkungan, norma/aturan, SDA, dan gaya hidup, yang kemudian seluruh sub-sub tersebut saling terkait dalam menentukan kesiapan Indonesia terhadap masuknya e-Learning. Titik poin e-learning terletak pada kemandirian peserta didik, sehingga masalah utama dalam aspek socio-cultur masih terletak pada kemampuan SDM itu sendiri. Penggunaan e-learning di Indonesia dapat diterapkan jika telah ada kesiapan SDM dari pengembang maupun pemakainya. Indonesia pastinya dapat menerapkan e-Learning mengingat telah banyak praktik e-learning yang digunakan di sekolah/lembaga pendidikan lainnya, namun permasalahannya karakteristik SDM yang ada belum siap untuk dapat mengeklplorasi keberadaan e-Learning dengan semaksimal mungkin. Kurangnya pengetahuan tentang dasar-dasar desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, maupun evaluasi dalam e-Learning, menyebabkan banyak sekolah ataupun instansi pendidikan yang hanya menerapkan e-learning secara ‘mentah’. Dengan model penerapan tersebut, keberadaan e-Learning seakan masih menjadi PR untuk terus dikembangkan baik dalam konsep maupun praktinya, yang salah satunya dimulai dengan mengupgrade pemahaman serta kemampuan SDM pengembang dan pengguna e-Learning. 
Jika ditinjau dari aspek teori belajar, e-Learning dapat menjadi media yang kompatibel untuk masing-masing teori belajar (behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik). E-learning dapat memfasilitasi teori-teori belajar tersebut dalam mendesain proses pembelajaran yang berbasis e-learning namun tetap berpedoman pada teori belajar yang ada. Behavioristik, kognitivistik, dan konstruktivistik merupakan dasar teori yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan e-learning, karena pada dasarnya proses pembelajaran yang ada dalam lingkungan belajar elearning memiliki karakteristik yang sama dengan lingkungan belajar konvensional, dimana terdapat komponen : peserta didik; materi pembelajaran; pembimbing/tutor/fasilitator; tempat belajar; dan media pembelajaran. Perbedaan proses pembelajaran pada elearning dan pembelajaran konvensional hanya tertelak pada waktu dan tempat belajar. Dengan adanya kesamaan karakteristik maupun komponen dalam belajar konvensional dengan pembelajaran berbasis elearning, maka sangat memungkinkan sekali untuk dapat diterapkan teori belajar (behavioristik, kognitivistik, dan konstruktivistik) pada lingkungan belajar online, layaknya pembelajaran di kelas.
Berdasarkan analisis dari masing-masing aspek tersebut, maka dapat saya simpulkan bahwa :
E-learning kemungkinan dapat diterapkan di Indonesia. Apabila e-Learning dilihat secara pragmatis, Indonesia telah dan dapat menerapkan elearning dalam proses pembelajaranya. Terbukti dari beberapa situs yang berisi pembelajaran on-line (Rumah Belajar, Jogja Belajar, dsb.) serta program pendidikan online yang digunakan di sekolah-sekolah dan instansi pendidikan (Perguruan Tinggi, Universitas Terbuka, Kursus, dsb). Akan tetapi jika dipandang dari segi penggunaan elearning yang efektif dan efisien, mungkin Indonesia masih perlu banyak belajar. Hal ini ditandai dengan, masih sulitnya masyarakat Indonesia dalam mengembangkan kultur kemandirian dan prinsip belajar sepanjang hayat. Sehingga terkadang, sebuah desain pembelajaran elearning yang baik, kurang diimbangi dengan peran serta pendidik ataupun peserta didik yang interaktif dan kompeten menjalankannya. Kemudian hal-hal tersebutlah yang menyebabkan masih sulitnya penerapan elearning sebagai alternatif proses pembelajaran.

0 komentar:

Post a Comment