Setelah kita ketahui model proses keputusan inovasi
yang menunjukkan urutan kelima tahap proses keputusan inovasi, maka berikut ini
akan dijelaskan setiap tahap secara terinci. (lihat postingan sebelumnya tentang model proses keputusan inovasi disini)
1.
Tahap
Pengetahuan
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap
pengetahuan, yaitu tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan
ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Ada tiga tipe pengetahuan dalam
tahap pengenalan inovasi,
yaitu: kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi, pengetahuan “teknis” dan
pengetahuan “prinsip”. Tipe yang pertama yakni pengetahuan kesadaran akan
adanya inovasi yang telah dibicarakan di sebelumnya. Tipe yang kedua, meliputi
informasi yang diperlukan mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu
informasi. Tipe pengetahuan yang ketiga adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip
berfungsinya suatu informasi.
Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami
tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi. Seseorang menyadari atau membuka
diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif. Misalnya pada acara
siaran televisi disebutkan berbagai macam acara, salah satu menyebutkan bahwa
pada jam 19.30 akan ada siaran tentang metode baru cara mengajar berhitung di
Taman Kanak-kanak. Guru A yang mendengar dan melihat acara tersebut kemudian
sadar bahwa ada metode baru, serta membuka dirinya untuk mengetahui apa dan
bagaimana metode tersebut, maka pada diri Guru A tersebut sudah mulai proses keputusan
inovasi pada tahap pengetahuan. Sedangkan guru B walaupun mendengar dan melihat
acara TV, tidak ada keinginan untuk tahu, maka belum terjadi proses keputusan
inovasi.
Seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi
biasanya tentu berdasarkan pengamatannya tentang inovasi itu sesuai dengan
kebutuhannya, minatnya atau mungkin juga kepercayaannya. Seperti contoh A
tersebut, berarti ia ingin tahu metode baru berhitung karena ia memerlukannya.
Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan, karena kebetulan ia merasa butuh. Tetapi
mungkin juga terjadi bahwa karena seseorang butuh sesuatu maka untuk
memenuhinya diadakan inovasi. Dalam kenyataan di masyarakat hal yang kedua ini
jarang terjadi, karena banyak orang tidak tahu apa yang diperlukannya. Apalagi
dalam bidang pendidikan, yang dapat merasakan perlunya ada perubahan biasanya
orang yang ahli, sedang guru sendiri belum tentu mau menerima perubahan atau
inovasi yang sebenarnya diperlukan untuk mengefektifkan pelaksanaan tugasnya.
Sebagaimana halnya menurut dokter, kita perlu makan vitamin, tetapi kita tidak
menginginkannya, dan sebaliknya sebenarnya kita ingin sate tetapi menurut
dokter justru sate membahayakan kita.
Setelah seseorang menyadari adanya inovasi dan
membuka dirinya untuk mengetahui inovasi, maka keaktifannya untuk memenuhi
kebutuhan ingin tahu tentang inovasi itu bukan hanya berlangsung pada tahap
pengetahuan saja tetapi juga pada tahap yang lain bahkan sampai tahap
konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui aspek-aspek tertentu dari
inovasi.
Pada permulaannya ingin tahu tentang apa, mengapa
dan bagaimana cara bekerjanya. Pada tahap persuasi biasanya ingin tahu lebih
jauh lagi tentang bagaimana cara menggunakannya yang benar, syarat-syarat yang
diperlukan dan sebagainya. Makin komplek suatu inovasi maka makin banyak dan
komplek juga yang harus diketahui. Kemudian dapat berkembang lebih mendalami
lagi yang ingin diketahui yaitu bagaimana prinsip-prinsip penggunaannya, dalam
hal ini ada kaitannya dengan dasar teorinya. Makin jelas dan makin dalam seseorang
mengetahui inovasi akan makin kuat landasan untuk menerima atau menolak suatu
inovasi.
Berkaitan dengan pengetahuan tentang inovasi, ada
generalisasi (prinsip-prinsip umum) tentang orang yang lebih awal mengetahui
tentang inovasi :
(a) Orang
yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi pendidikannya daripada yang
akhir.
(b) Orang
yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi status sosial ekonominya
daripada yang akhir
(c) Orang
yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap media massa daripada
yang akhir.
(d) Orang
yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap komunikasi
interpersonal daripada yang akhir.
(e) Orang
yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak kontak dengan agen pembaharu
daripada yang akhir.
(f) Orang
yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak berpartisipasi dalam sistem
sosial daripada yang akhir.
(g) Orang
yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih kosmopolitan daripada yang akhir.
Perlu diketahui juga bahwa tahu tentang inovasi
tidak sama dengan melaksanakan atau menerapkan inovasi. Banyak orang yang tahu
tetapi tidak melaksanakan, dengan berbagai kemungkinan penyebabnya.
2.
Tahap
Bujukan (Persuasi)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi,
seseorang membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi.
Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif,
maka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan.
Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang
inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan
mental yang memegang peran. Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak
tentang inovasi, dan menafsirkan informasi yang diterimanya. Pada tahap ini
berlangsung seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya.
Di sinilah peranan karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan
inovasi (lihat Bagan 1. Model Tahap-Tahap Proses Keputusan Inovasi).
Dalam tahap persuasi ini juga sangat penting peran
kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa datang.
Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran
berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental ini,
perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan inovasi, jika
mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.
Hasil dari tahap persuasi yang utama ialah adanya
penentuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahap
persuasi akan mengarahkan proses keputusan inovasi atau dengan kata lain ada
kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dan menerapkan inovasi.
Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktivitas masih ada
jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan inovasi. Ada jarak
atau kesenjangan antara: pengetahuan, sikap dan penerapan (praktek). Misalnya
seorang guru tahu tentang metode diskusi, tahu cara menggunakannya, dan senang
seandainya menggunakan, tetapi ia tidak pernah menggunakan, karena beberapa
faktor: tempat duduknya tidak memungkinkan, jumlah siswanya terlalu banyak, dan
takut bahan pelajarannya tidak akan dapat disajikan sesuai dengan batas waktu
yang ditentukan. Perlu ada bantuan pemecahan masalah.
Dalam penerapan inovasi ada pula yang disebut preventive innovation (inovasi preventif)
yaitu seseorang menerapkan inovasi karena ingin terhindar dari sesuatu yang
tidak diinginkan di kemudian hari. Misalnya keluarga berencana, penggunaan
helm, mengikuti asuransi, dan sebagainya.
3.
Tahap
Keputusan
Tahap keputusan dari proses keputusan inovasi,
berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan
menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan
menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.
Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi
setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil
lebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti
berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicobadengan
dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian
akan lebih cepat diterima.
Dapat juga terjadi percobaan cukup dilakukan
sekelompok orang, dan yang lain cukup mempercayai dengan hasil percobaan
temannya. Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya pada setiap tahap dalam
proses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan
dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap
persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi, dan sebagainya.
Ada
dua macam penolakan inovasi yaitu:
(a) Penolakan
aktif artinya penolakan inovasi setelah melalui proses mempertimbangkan untuk
menerima inovasi atau mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan
akhir menolak inovasi.
(b) Penolakan
pasif artinya penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara:
pengetahuan, persuasi dan keputusan inovasi sering berjalan bersamaan. Satu
dengan yang lain saling berkaiatan. Bahkan untuk jenis inovasi tertentu dan dalam
kondisi tertentu dapat terjadi urutan: pengetahuan-keputusan inovasi-baru
persuasi.
4.
Tahap
Implementasi
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi
terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap implementasi ini
berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerimaan
gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya implementasi tentu
mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi juga tejadi karena sesuatu hal sudah
memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini
terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini
berlangsung dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu
sendiri. Tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf implementasi inovasi berakhir
jika penerapan inovasi itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang
bersifat rutin. Sudah tidak menerapkan hal yang baru lagi.
Dalam tahap implementasi dapat terjadi hal yang yang
disebut Reinvention (invensi kembali)
yaitu penerapan inovasi dengan mengadakan perubahan atau modifikasi. Jadi
penerapan inovasi tetapi tidak sesuai dengan aslinya. Reinvensi bukan berarti
tentu hal yang tidak baik, tetapi terjadinya re-invensi dapat merupakan
kebijakan dalam pelaksanaan atau penerapan inovasi, dengan mengingat kondisi
dan situasi yang ada.
Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invensi
antara lain: inovasi yang sangat komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi
kurang dapat memahami inovasi karena sukar untuk menemui agen pembaharu,
inovasi yang memungkinkan berbagai kemungkinan aplikasi, apabila inovasi
diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggaan akan inovasi
yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan re-invensi.
5.
Tahap
Konfirmasi
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari
penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik
kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan
informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara
berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi, yang
berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam tahap konfirmasi
seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi atau paling tidak berusaha
menguranginya.
Terjadinya perubahan tingkah laku seseorang antara
lain disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan internal. Orang itu merasa
dalam dirinya ada sesuatu yang tidak sesuai atau tidak selaras yang disebut
disonansi, sehingga orang itu merasa tidak enak. Jika seseorang merasa dalam
dirinya terjadi disonansi, maka ia akan berusaha untuk menghilangkannya atau
paling tidak menguranginya dengan cara megubah pengetahuaannya. Dalam
hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi disonansi dapat terjadi :
(a) Apabila
seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi. Hal ini
terjadi pada tahap pengetahuan dalam proses keputusan inovasi.
(b) Apabila
seseorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi inovasi tersebut,
tetapi belum menetapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia akan berusaha
untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonansi antara apa tang disenangi
dan diyakini dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan
inovasi, dan tahap implementasi dalam proses keputusan inovasi.
Setelah seseorang menetapkan menerima dan menerapkan
inovasi, kemudian diajak untuk menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi
dengan cara tidak melanjutkan penerimaan dan penerapan inovasi (discontinuing).
Ada kemungkinan lagi seseorang telah menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian
diajak untuk menerimanya. Maka usaha mengurangi disonansi dengan cara menerima
inovasi (mengubah keputusan semula). Perubahan ini terjadi (tidak meneruskan
inovasi atau mengikuti inovasi terlambat) pada tahap konfirmasi dari proses
keputusan inovasi.
Ketiga cara mengurangi disonansi tersebut, berkaitan
dengan perubahan tingkah laku seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran,
perbuatan sangat erat hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu
mempengaruhi yang lain. Sehingga dalam kenyataan kadang-kadang sukar orang akan
mengubah keputusan yang sudah terlanjur mapan dan disenangi, walaupun secara
rasional diketahui ada kelemahannya. Oleh karena sering terjadi untuk
menghidari timbulnya disonansi, maka ia hanya berusaha mencari informasi yang
dapat memperkuat keputusannya. Dengan kata lain orang itu melakukan seleksi
informasi dalam tahap konfirmasi (selective exposure).
Diskontinuansi adalaah keputusan seeorang untuk
menghentikan penggunaan inovasi setelah sebelumnya mengadopsi. Ada dua macam
diskontinuansi :
1.
Keputusan untuk menghentikan penggunaan suatu inovasi
karena ia menerima ide baru yang lebih baik menurut pandangannya.
2.
Keputusan untuk mogok sebagai akibat dari
ketidakpuasan terhadap hasil inovasi.
Untuk menghindari terjadinya drop out dalam
penerimaan dan implementasi inovasi (discontinue) peranan agen pembaharu
sangat dominan. Tanpa ada monitoring dan penguatan orang yang akan mudah
terpengaruh pada informasi negatif tentang inovasi.
Demikian uraian kelima tahap dari proses keputusan
inovasi opsional, yang terjadi pada individu atau unit pengambil keputusan.
Proses ini terutama terjadi dalam proses difusi inovasi yang sasaran utamanya
anggota sistem sosial secara pribadi (perorangan) bukan sebagai kesatuan
organisasi. Misalnya dalam lapangan pertanian. Namun demikian dapat juga
dipakai sebagai bahan pemikiran atau perbandingan dalam pelaksanaan difusi inovasi
pendidikan, karena pola proses terjadinya perubahan pada tiap individu tetap
sama. Misalnya untuk difusi inovasi pendidikan “penggunaan pendekatan
ketrampilan proses dalam mengajar”, maka sasaran utamanya juga guru-guru. Hanya
perbedaannya, kalau inovasi pertanian mungkin setiap petani dapat membuat perbedaan keputusan ada yang menerima
ada yang menolak. Kalau guru tentu semuanya menerima dan mau melaksanakan,
karena terikat kedinasan, tetapi secara pribadi tetap dapat berlaku tahap-tahap
proses keputusan inovasi seperti model yang telah kita pelajari.
Terima kasih
ReplyDeletesumbernya?
ReplyDeleteI like
ReplyDelete