Pages

Sunday, December 30, 2012

Pendidik dan Peserta Didik yang 'siap' E-Learning


    Syarat dasar yang perlu dimiliki baik oleh pendidik maupun peserta didik dalam e-Learning adalah adanya ‘kesiapan’. Kesiapan yang matang, akan menjadi dasar yang baik untuk menggunakan elearning dengan efektif dan efisien. Kesiapan, bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi penerapan elearning, akan tetapi dengan adanya kesiapan tersebut berarti pendidik/peserta didik telah siap untuk menjadi mandiri, siap menggunakan teknologi, siap bertanggungjawab terhadap proses belajar, siap dengan motivasi yang kuat, mapun siap untuk menjadi kreatif dan inovatif baik dalam mendesain, memilih strategi dan materi pembelajaran hingga pada saat membuat evaluasi program pembelajaran e-learning.
Sub-sub dari aspek-aspek tersebut, nantinya menjadi kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang pendidik maupun peserta didik untuk menjadi masyarakat elearning yang siap secara komprehensif. Berbagai aspek dasar tersebut, berfokus pada faktor pengembangan diri individu atau SDM. Sehingga untuk menyiapkan individu-individu (pendidik/peserta didik) yang kompeten, kompetensi tersebut perlu ditanamkan dan dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan softskill maupun hardskill.
Dapatkah kompetensi dasar tersebut dilatihkan/diajarkan? 

Jawabannya, dapat dan mungkin dilatihkan yaitu melalui perubahan paradigma mengajar dan kultur proses pembelajaran. Menjadi pendidik/peserta didik yang berkompeten dalam e-learning memerlukan proses yang cukup panjang dan intensif. Salah satu caranya adalah melalui perubahan paradigma mengajar, terutama bagi para pendidik yang masih memposisikan diri sebagai satu-satu nya sumber informasi. Pendidik hendaknya mampu merubah perannya dikelas menjadi seorang fasilitator, motivator dan mediator. Perubahan ini dapat ditempuh dengan cara :
a)   Mempelajari dan senantiasa meningkatkan pengetahuan tentang teori belajar, strategi pembelajaran terbaru, sehingga dengan pemahaman tersebut seorang pendidik mampu memposisikan diri dalam proses pembelajaran, serta menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran.
b)     Bersifat terbuka terhadap perkembangan teknologi informasi. Dengan sikap terbuka tersebut, seorang pendidik tidak akan memposisikan dirinya sebagai satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik. Keterbukaan akan teknologi informasi juga dapat membantu pendidik dalam mendesain pembelajaran yang dapat menyeimbangkan peran teknologi dan kehidupan nyata.
c)     Mengenali serta memahami karakteristik kultur sosial yang berkembang di lingkungannya. Pemahaman yang dimiliki tersebut, dapat menjadi bahan dasar ataupun acuan dalam mengembangkan e-learning yang sesuai dengan kontek kultur budaya lingkungannya.
Selain itu, penanaman kompetensi dasar pendidik maupun peserta didik, juga dapat ditempuh dengan mengembangkan kultur proses pembelajaran, kultur pembelajaran yang diharapkan dapat dibangun dalam kelas dapat berupa proses pembelajaran yang interaktif, kondusif, eksploratif, dan lain sebagainya. Perkembangan kultur pembelajaran tersebut, tidak terlepas dari peran aktif peserta didik untuk mau berkontribusi dalam desain pembelajaran yang telah dibuat oleh pendidik. Sehingga kontribusi peserta didik dalam pembelajaran online, dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah e-learning.  

Apabila ditarik hubungan antara perubahan peradigma mengajar dengan kutltur proses pembelajaran, maka dengan adanya perubahan paradigma mengajar pastinya akan terjadi perubahan pula pada kultur pembelajarannya.  Sehingga pemahaman pada strategi e-learning yang benar dan komprehensif, akan membawa pada kultur pembelajaran yang efektif dan efisien. Sedangkan untuk menciptakan pembelajaran e-learning yang efektif dan efisien diperlukan kontribusi pendidik dan peserta didik yang saling menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk dapat menguasai kompetensi dasar tersebut, dapat dimulai dari pembiasaan dalam kegiatan belajar maupun kehidupan sehari-hari.

0 komentar:

Post a Comment