Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh sesorang
(individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem
sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama
atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka
dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi :
a. Keputusan
Inovasi Opsional. Yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi berdasarkan
keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri tanpa
bergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem sosial yang lain. Meskipun
dalam hal ini individu mengambil keputusan itu berdasarkan normal sistem sosial
atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial yang lain.
Jadi hakikat pengertian keputusan inovasi opsional adalah individu yang
berperan sebagai pengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
b. Keputusan
Inovasi Kolektif. Adalah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi
berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan
antar anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus menaati
keputusan bersama yang telah diputuskan. Misalnya atas kesepakatan warga
masyarakat di setiap RT untuk tidak membuang sampah di sungai, yang kemudian
disahkan pada rapat antar ketua RT dalam suatu wilayah RW. Maka konsekuensinya
semua warga RW tersebut harus menaati keputusan tersebut, walaupun mungkin
secara pribadi masih ada beberapa individu yang masih keberatan.
c. Keputusan
Inovasi Otoritas. Adalah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi
berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang
mempunyai kedudukan, status, wewenang, atau kemampuan yang lebih tinggi
daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali
tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi. Para
anggota hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pengambil
keputusan.
Ketiga tipe keputusan inovasi
tersebut merupaka rentangan (continum) dari
keputusan opsional (individu dengan penuh tanggungjawab secara mandiri
mengambil keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif (individu
memperoleh sebagian wewenang untuk mengambil keputusan), dan yang terakhir
keputusan otoritas (individu sama sekali tidak mempunyai hak untuk ikut
mengambil keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak digunakan dalam
organisasi formal, seperti perusahaan, sekolah, perguruan tinggi, organisasi
pemerintah, dan sebagainya.
d. Keputusan
Inovasi Kontingen. Adalah pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru
dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Jadi
ciri pokok dari keputusan inovasi kontingen adalah digunakannya dua atau lebih
keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi,
terserah yang mana yang akan digunakan, dapat keputusan opsional, kolektif,
atau otoritas. Sistem sosial terlibat langsung
dalam proses keputusan inovasi kolektif, otoritas, dan kontingen, dan mungkin
tidak secara langsung terlibat dalam keputusan inovasi opsional.
saya ingin bertanya contoh dari keputusan inovasi kontingen itu bagaimana, dari penjelasan di atas, saya sulit untuk memahaminya
ReplyDelete