Kegiatan Belajar Otentik
Belajar otentik biasanya berfokus pada
dunia nyata, masalah-masalah yang kompleks dan solusinya, menggunakan latihan role-playing, pembelajaran berbasis
masalah, studi kasus, dan partisipasi dalam komunitas praktek virtual.
Lingkungan belajar dibuat inheren dengan multidisiplin. Lingkungan pembelajaran
tidak dibangun untuk mengajar geometri atau filsafat. Lingkungan pembelajaran
aktivitas otentik menyediakan aplikasi “dunia nyata” atau disiplin, seperti :
manajemen kota, membangun rumah, menerbangkan pesawat, menetapkan anggaran,
memecahkan tindak kejahatan, dan lain sebagainya yang diajarkan dengan
permainan multi disiplin, multi perspektif, alternatif cara kerja, kebiasaan
berfikir, dan kondisi masyarakat. Peserta didik perlu menumbuhkan “kemampuan portable” atau kemampuan yang dapat
dibawa sebagai dasar dalam aktivitas belajar otentik. Kemampuan portable tersebut adalah sebagai berikut
:
a.
Penilaian untuk membedakan informasi
yang reliabel dan tidak reliabel.
b.
Kesabaran untuk mengikuti berbagai
argumen.
c.
Kemampuan sintesis untuk mengenali pola
yang relevan dalam konteks asing.
d.
Fleksibilitas untuk berkerja melintasi
batas-batas disiplin dan budaya untuk menghasilkan solusi yang inovatif.
Aktivitas belajar otentik
Untuk pendidik dan desainer pembelajaran,
terdapat esensi dari aktivitas belajar otentik dapat digunakan sebagai acuan,
ke-10 esensi dalam aktivitas belajar otentik, yaitu (Marilyn M. Lombardi, 2007:
hal.3) :
1.
Real-world
Relevance. Aktivitas otentik dibuat sedekat mungkin
sesuai dengan tugas profesional di dunia nyata. Pembelajaran meningkat
mendekati kenyataan, dengan meminta peserta didik untuk bekerja secara aktif
dengan konsep-konsep abstrak, mempelajari fakta, dan kemudian mempelajari
kondisi budaya sosial dari berbagai disiplin.
2.
Ill-defined
Problem. Tantangan tidak boleh dibuat untuk mudah dipecahkan.
Aktivitas belajar otentik relatif terdiri dari tugas-tugas kompleks yang harus
diselesaikan dan terbuka untuk beberapa interpretasi, yang meminta peserta
didik untuk mengidentifikasi sendiri sub-sub tugas untuk dapat mengerjakan
tugas utama.
3.
Sustained
Investigation. Permasalahan tidak dapat diselesaikan
hanya dalam hitungan menit atau jam. Sebaliknya, kegiatan-kegiatan otentik
teridiri dari masalah kompleks yang harus diinvestigasi oleh peserta didik
dalam jangka waktu yang berkelanjutan. Masalah-masalah yang ada pada aktivitas
belajar otentik, memerlukan tingkat pemikiran dan alokasi waktu yang
berkelanjutan.
4.
Multiple
Source and Perspective. Dalam aktivitas belajar otentik,
peserta didik tidak diberi daftar sumber belajar. Aktivitas belajar otentik
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mencari referensi teori,
perspektif praktek, dari berbagai sumber, dan melatih peserta didik agar dapat
membedakan mana informasi yang relevan dan sebaliknya.
5.
Collaboration.
Tingkat
kesuksesan tidak hanya dinilai dari kinerja individual peserta didik. Kegiatan
belajar otentik membuat kolaborasi integral antara pembelajaran di kelas dengan
praktiknya di dunia nyata.
6.
Reflection
(metacognition). Kegiatan belajar otentik memungkinkan peserta
didik untuk memilih dan merefleksikan materi yang dipelajari, baik secara
individual atau kelompok.
7.
Interdiciplinary
Prespective. Relevansi tidak hanya terbatas pada satu
domain atau satu mata pelajaran saja. sebaliknya, kegiatan belajar otentik memiliki
konsekuensi untuk memperluas pembelajaran melampaui disiplin tertentu,
mendorong peserta didik untuk mengadopsi peran yang beragam dari berbagai
disiplin.
8.
Integrated
Assessment. Pada aktivitas belajar otentik,
penilaian tidak hanya sebatas penilaian sumatif, tetapi tugas utama penilaian
adalah mampu merefleksikan proses penilaian di dunia nyata.
9.
Polished
Product. Kesimpulan tidak hanya berupa latihan dan
urut-urutan persiapan untuk membuat sesuatu. Kegiatan otentik berujung pada
penciptaan produk secara keseluruhan yang memiliki nilai didalamnya.
1-
Multiple
Interpretation and outcomes. Daripada menghasilkan
satu jawaban benar, yang diperoleh dari penerapan prinsip dan prosedur,
kegiatan belajar otentik memungkinkan beragam interpretasi dan solusi.
Perguruan tinggi di beebagai daerah di
dunia mulai beralih ke pembelajaran otentik dan menempatkan kembali fokus pada
peserta didik dalam rangka memperbaiki cara peserta didik menyerap menyimpan,
dan mentransfer pengetahuan. Berikut beberapa contoh penerapan aktivitas belajar otentik :
Pembelajaran
Berbasis Simulasi. Mekong e-Sim adalah sebuah lingkungan
belajar online yang menggunakan simulasi dan role-playing untuk mengajak siswa
dalam pengambilan keputusan otentik yang kompleks, mengembangkan komunikasi,
dan ketrampilan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk menjadi praktisi yang sukses
di bidangnya. Sumber: http://www.educause.edu/ir/library/pdf/ELI5014.pdf
Media
Buatan Peserta Didik. Mahasiswa di Universitas Columbia,
menciptakan rekonstruksi virtual 3D pasar Athena kuno yang dikenal sebagai
‘agora’ dan diminta untuk menjelaskan desain replika yang mereka buat. Mereka
membuat rekonsruksi lingkungan berdasarkan data forensik, foto, serta citra
satelit, topografi peta, dan pengukuran struktur, yang kemudian dibantu dengan
editor Ancient Spaces 3D, untuk membuat desain rekonstruksi dari sumber-sumber
tersebut.
Evaluasi
Berbasis Teman Sebaya. Calibrated Peer Review (CPR) adalah
program berbasis web gratis yang memungkinkan pendidik/instruktur menggabungkan
tugas menulis kedalam program mereka, terlepas dari ukuran kelas, dan tanpa
meningkatkan beban penialaian mereka. Siswa dilatih menjadi pengulas yang
kompeten, kemudian diberi tanggungjawab untuk mendapatkan feedback dari teman
mereka. CPR mengelola peer-review
secara keseluruhan, termasuk pembuatan tugas, penyerahan kertas
elektronik, pelatihan siswa dalam meninjau, analisis masukan, dan laporan
kinerja persiapan—akhir.
Bekerja
dengan Instrumen Jarak Jauh. Melalui antar muka website MIT
memungkinkan peserta didik di seluruh dunia untuk melakukan eksperimen dengan
instrumen yang terletak di kampus MIT. Agen perangkat lunak mengawasi
penggunaan instrumen, menetapkan
prioritas untuk eksperimen individu. Dengan adanya instrumen tersebut,
peserta didik dapat mengakses peralatan mahal atau instrumen langka, yang
mungkin tidak didapatkan lewat pembelajaran di kelas. Sumber: http://www.educause.edu/ir/library/pdf/ELI7013.pdf
Aktivitas belajar otentik dan e-learning?
Menurut J. Herrington, dkk. Dalam buku Designing
authentic activities for Web-based courses (Marilyn M. Lombardi, 2007), secara
signifikan peneliti di bidang pendidikan menyimpulkan bahwa “nilai pembelajaran
otentik tidak dibatasi untuk belajar dalam kehidupan dalam lokasi dan praktek
yang nyata, akan tetapi pembelajaran otentik dapat diwujudkan melalui desain
yang cermat dalam pembelajaran berbasis lingkungan web”. Saat ini, lingkungan
berbasis web memberikan akses kepada peserta didik untuk mendapatkan berbagai
sumber profesional. Pendidik dapat menggunakan Web-based alat komunikasi
untuk membantu siswa berkolaborasi dengan satu sama lain, berbagi dan membangun
pengetahuan.
Dukungan teknologi terhadap lingkungan belajar
otentik, antara lain sebagai berikut :
a. Internet
dengan kecepatan konektivitas tinggi untuk penyelidikan informasi multimedia,
termasuk data dinamis dan praktik visualisasi fenomena yang kompleks dan akses hubungan
dengan saran ahli.
b. Komunikasi
Synchronous dan asynchronous, dan alat jaringan sosial untuk mendukung kerja
sama tim.
c. Sistem
bimbingan cerdas, laboratorium virtual, dan mekanisme umpan balik untuk menangkap
informasi kinerja peserta didik dan membantu mereka belajar untuk mentransfer
situasi baru.
d. Perangkat mobile untuk mengakses dan memasukkan
data selama penyelidikan berbasis lapangan.
Terdapat beberapa faktor yang mendukung terciptanya
pembelajaran otentik agar menjadi pembelajaran yang efektif, yaitu :
a) Learners
look for connections. Mengasimilasikan
pengetahuan baru kedalam struktur skemata pengetahuan yang telah dimiliki
peserta didik.
b) Long-lived
attachments come with practice. Konsep perlu “ditayangkan” berulang kali secara teratur, dikaitkan
dengan informasi baru agar konsep yang terbentuk tidak hilang.
c) New
contexts need to be explored. Konsep yang dipelajari selalu menjadi bagian yang lebih besar dari
“kegiatan pembelajaran” yang langsung terkait dalam pikiran peserta didik
dengan setting, kegiatan, dan lingkungan sosial.
Penilaian
Otentik
Penilaian otentik mengajak peserta didik untuk
menggunakan pengetahuan akademik kedalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang
bermakna. Ketika peserta didik melakukan tugas dalam penilaian otentik, mereka
menghadapi tantangan-tantangan yang lazim menyertai setiap usaha untuk mencapai
hasil yang berarti dalam konteks pekerjaan atau masyarakat. Penilaian otentik
meningkatkan pembelajaran dalam banyak hal. Pengujian standar bersifat
eksklusif dan sempit, sementara penilaian otentik yang bersifat inklusif
memberikan keuntungan kepada siswa dengan memungkinkan (Newmann & Wehlage
dalam Contextual Teaching & Learning: 289) :
a) Mengungkapkan
secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka.
b) Mengungkapkan
dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti mengumpulkan informasi,
menggunakan sumber daya, menangani teknologi, dan berpikir secara sistematis.
c) Menghubungkan
pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dan masyarakat
luas.
d) Mempertajam
keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis,
memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan
sebab akibat.
e) Menerima
tanggung jawab dan membuat pilihan.
f) Berhubungan
dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan tugas.
g) Belajar
mengevaluasi tingkat prestasi sendiri.
Elaine B. Johnson dan A. Chaedar Alwasilah, 2007
SO NICE, WHEN I VISIT AND READ THIS BLOGG AND HELP ME TO UNDERSTAND WHAT I WANT TO DO
ReplyDeleteTHANKS