Pages

Friday, November 23, 2012

Kegiatan Belajar Otentik (Authentic Learning Activity)


Kegiatan Belajar Otentik

Belajar otentik biasanya berfokus pada dunia nyata, masalah-masalah yang kompleks dan solusinya, menggunakan latihan role-playing, pembelajaran berbasis masalah, studi kasus, dan partisipasi dalam komunitas praktek virtual. Lingkungan belajar dibuat inheren dengan multidisiplin. Lingkungan pembelajaran tidak dibangun untuk mengajar geometri atau filsafat. Lingkungan pembelajaran aktivitas otentik menyediakan aplikasi “dunia nyata” atau disiplin, seperti : manajemen kota, membangun rumah, menerbangkan pesawat, menetapkan anggaran, memecahkan tindak kejahatan, dan lain sebagainya yang diajarkan dengan permainan multi disiplin, multi perspektif, alternatif cara kerja, kebiasaan berfikir, dan kondisi masyarakat. Peserta didik perlu menumbuhkan “kemampuan portable” atau kemampuan yang dapat dibawa sebagai dasar dalam aktivitas belajar otentik. Kemampuan portable tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Penilaian untuk membedakan informasi yang reliabel dan tidak reliabel.
b.      Kesabaran untuk mengikuti berbagai argumen.
c.       Kemampuan sintesis untuk mengenali pola yang relevan dalam konteks asing.
d.      Fleksibilitas untuk berkerja melintasi batas-batas disiplin dan budaya untuk menghasilkan solusi yang inovatif.
Aktivitas belajar otentik
Untuk pendidik dan desainer pembelajaran, terdapat esensi dari aktivitas belajar otentik dapat digunakan sebagai acuan, ke-10 esensi dalam aktivitas belajar otentik, yaitu (Marilyn M. Lombardi, 2007: hal.3) :
1.      Real-world Relevance. Aktivitas otentik dibuat sedekat mungkin sesuai dengan tugas profesional di dunia nyata. Pembelajaran meningkat mendekati kenyataan, dengan meminta peserta didik untuk bekerja secara aktif dengan konsep-konsep abstrak, mempelajari fakta, dan kemudian mempelajari kondisi budaya sosial dari berbagai disiplin. 
2.      Ill-defined Problem. Tantangan tidak boleh dibuat untuk mudah dipecahkan. Aktivitas belajar otentik relatif terdiri dari tugas-tugas kompleks yang harus diselesaikan dan terbuka untuk beberapa interpretasi, yang meminta peserta didik untuk mengidentifikasi sendiri sub-sub tugas untuk dapat mengerjakan tugas utama.
3.      Sustained Investigation. Permasalahan tidak dapat diselesaikan hanya dalam hitungan menit atau jam. Sebaliknya, kegiatan-kegiatan otentik teridiri dari masalah kompleks yang harus diinvestigasi oleh peserta didik dalam jangka waktu yang berkelanjutan. Masalah-masalah yang ada pada aktivitas belajar otentik, memerlukan tingkat pemikiran dan alokasi waktu yang berkelanjutan.
4.      Multiple Source and Perspective. Dalam aktivitas belajar otentik, peserta didik tidak diberi daftar sumber belajar. Aktivitas belajar otentik memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mencari referensi teori, perspektif praktek, dari berbagai sumber, dan melatih peserta didik agar dapat membedakan mana informasi yang relevan dan sebaliknya.
5.      Collaboration. Tingkat kesuksesan tidak hanya dinilai dari kinerja individual peserta didik. Kegiatan belajar otentik membuat kolaborasi integral antara pembelajaran di kelas dengan praktiknya di dunia nyata.
6.      Reflection (metacognition). Kegiatan belajar otentik memungkinkan peserta didik untuk memilih dan merefleksikan materi yang dipelajari, baik secara individual atau kelompok.
7.      Interdiciplinary Prespective. Relevansi tidak hanya terbatas pada satu domain atau satu mata pelajaran saja. sebaliknya, kegiatan belajar otentik memiliki konsekuensi untuk memperluas pembelajaran melampaui disiplin tertentu, mendorong peserta didik untuk mengadopsi peran yang beragam dari berbagai disiplin.
8.      Integrated Assessment. Pada aktivitas belajar otentik, penilaian tidak hanya sebatas penilaian sumatif, tetapi tugas utama penilaian adalah mampu merefleksikan proses penilaian di dunia nyata.
9.      Polished Product. Kesimpulan tidak hanya berupa latihan dan urut-urutan persiapan untuk membuat sesuatu. Kegiatan otentik berujung pada penciptaan produk secara keseluruhan yang memiliki nilai didalamnya.
1-  Multiple Interpretation and outcomes. Daripada menghasilkan satu jawaban benar, yang diperoleh dari penerapan prinsip dan prosedur, kegiatan belajar otentik memungkinkan beragam interpretasi dan solusi.
Perguruan tinggi di beebagai daerah di dunia mulai beralih ke pembelajaran otentik dan menempatkan kembali fokus pada peserta didik dalam rangka memperbaiki cara peserta didik menyerap menyimpan, dan mentransfer pengetahuan. Berikut beberapa contoh penerapan aktivitas  belajar otentik :

Pembelajaran Berbasis Simulasi. Mekong e-Sim adalah sebuah lingkungan belajar online yang menggunakan simulasi dan role-playing untuk mengajak siswa dalam pengambilan keputusan otentik yang kompleks, mengembangkan komunikasi, dan ketrampilan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk menjadi praktisi yang sukses di bidangnya. Sumber: http://www.educause.edu/ir/library/pdf/ELI5014.pdf
 
Media Buatan Peserta Didik. Mahasiswa di Universitas Columbia, menciptakan rekonstruksi virtual 3D pasar Athena kuno yang dikenal sebagai ‘agora’ dan diminta untuk menjelaskan desain replika yang mereka buat. Mereka membuat rekonsruksi lingkungan berdasarkan data forensik, foto, serta citra satelit, topografi peta, dan pengukuran struktur, yang kemudian dibantu dengan editor Ancient Spaces 3D, untuk membuat desain rekonstruksi dari sumber-sumber tersebut.
Evaluasi Berbasis Teman Sebaya. Calibrated Peer Review (CPR) adalah program berbasis web gratis yang memungkinkan pendidik/instruktur menggabungkan tugas menulis kedalam program mereka, terlepas dari ukuran kelas, dan tanpa meningkatkan beban penialaian mereka. Siswa dilatih menjadi pengulas yang kompeten, kemudian diberi tanggungjawab untuk mendapatkan feedback dari teman mereka. CPR mengelola peer-review secara keseluruhan, termasuk pembuatan tugas, penyerahan kertas elektronik, pelatihan siswa dalam meninjau, analisis masukan, dan laporan kinerja persiapan—akhir.
Bekerja dengan Instrumen Jarak Jauh. Melalui antar muka website MIT memungkinkan peserta didik di seluruh dunia untuk melakukan eksperimen dengan instrumen yang terletak di kampus MIT. Agen perangkat lunak mengawasi penggunaan instrumen, menetapkan  prioritas untuk eksperimen individu. Dengan adanya instrumen tersebut, peserta didik dapat mengakses peralatan mahal atau instrumen langka, yang mungkin tidak didapatkan lewat pembelajaran di kelas. Sumber: http://www.educause.edu/ir/library/pdf/ELI7013.pdf

Aktivitas belajar otentik dan e-learning?
Menurut J. Herrington, dkk. Dalam buku Designing authentic activities for Web-based courses (Marilyn M. Lombardi, 2007), secara signifikan peneliti di bidang pendidikan menyimpulkan bahwa “nilai pembelajaran otentik tidak dibatasi untuk belajar dalam kehidupan dalam lokasi dan praktek yang nyata, akan tetapi pembelajaran otentik dapat diwujudkan melalui desain yang cermat dalam pembelajaran berbasis lingkungan web”. Saat ini, lingkungan berbasis web memberikan akses kepada peserta didik untuk mendapatkan berbagai sumber profesional. Pendidik dapat menggunakan Web-based alat komunikasi untuk membantu siswa berkolaborasi dengan satu sama lain, berbagi dan membangun pengetahuan.
Dukungan teknologi terhadap lingkungan belajar otentik, antara lain sebagai berikut :
a.       Internet dengan kecepatan konektivitas tinggi untuk penyelidikan informasi multimedia, termasuk data dinamis dan praktik visualisasi fenomena yang kompleks dan akses hubungan dengan saran ahli.
b.      Komunikasi Synchronous dan asynchronous, dan alat jaringan sosial untuk mendukung kerja sama tim.
c.       Sistem bimbingan cerdas, laboratorium virtual, dan mekanisme umpan balik untuk menangkap informasi kinerja peserta didik dan membantu mereka belajar untuk mentransfer situasi baru.
d.      Perangkat mobile untuk mengakses dan memasukkan data selama penyelidikan berbasis lapangan.
Terdapat beberapa faktor yang mendukung terciptanya pembelajaran otentik agar menjadi pembelajaran yang efektif, yaitu :
a)      Learners look for connections. Mengasimilasikan pengetahuan baru kedalam struktur skemata pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.
b)      Long-lived attachments come with practice. Konsep perlu “ditayangkan” berulang kali secara teratur, dikaitkan dengan informasi baru agar konsep yang terbentuk tidak hilang.
c)      New contexts need to be explored. Konsep yang dipelajari selalu menjadi bagian yang lebih besar dari “kegiatan pembelajaran” yang langsung terkait dalam pikiran peserta didik dengan setting, kegiatan, dan lingkungan sosial.
Penilaian Otentik
Penilaian otentik mengajak peserta didik untuk menggunakan pengetahuan akademik kedalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Ketika peserta didik melakukan tugas dalam penilaian otentik, mereka menghadapi tantangan-tantangan yang lazim menyertai setiap usaha untuk mencapai hasil yang berarti dalam konteks pekerjaan atau masyarakat. Penilaian otentik meningkatkan pembelajaran dalam banyak hal. Pengujian standar bersifat eksklusif dan sempit, sementara penilaian otentik yang bersifat inklusif memberikan keuntungan kepada siswa dengan memungkinkan (Newmann & Wehlage dalam Contextual Teaching & Learning: 289) :
a)      Mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka.
b)      Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi, dan berpikir secara sistematis.
c)      Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dan masyarakat luas.
d)     Mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan sebab akibat.
e)      Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan.
f)       Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan tugas.
g)      Belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri.



Elaine B. Johnson dan A. Chaedar Alwasilah, 2007



1 komentar:

  1. SO NICE, WHEN I VISIT AND READ THIS BLOGG AND HELP ME TO UNDERSTAND WHAT I WANT TO DO

    THANKS

    ReplyDelete