Strategi
pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang menitik beratkan pada
kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks strategi pengajaran tersusun hambatan-hambatan yang dihadapi,
tujuan yang hendak dicapai, materi yang hendak dipelajari, pengalaman. Terdapat
beberapa macam strategi pembelajaran, diantaranya yaitu :
a. Strategi
pembelajaran berpusat pada siswa
Pengajaran yang berpusat pada siswa adalah proses
belajar mengajar berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. Strategi pengajaran
yang berpusat pada siswa dirancang untuk menyediakan system belajar yang
fleksibel sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar siswa. Lembaga pendidikan
dan guru tidak berperan sebagai sentral melainkan hanya sebagai penunjang.
Berdasarkan tuntutan-tuntutan dan komponen penting
lainnya pada individu siswa diharapkan mereka mencapai tujuan pengajaran secara
efektif. Dalam rangka itu pula, pelaksanaan pengajaran yang berpusat pada siswa
diselenggarakan dalam tiga sistem organisasi, yakni sistem berbasis institusi,
sistem local, dan sistem belajar jarak jauh.
b.
Pengajaran Berdasarkan Pengalaman
Pengajaran berdasarkan pengalaman melengkapi siswa
dengan suatu alternative pengalaman belajar dengan menggunakan pendekatan
kelas, pengarahan guru misalnya metode ceramah. Strategi pembelajaran ini
menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar
secara aktif dengan personalisasi. Rumusan pengertian tersebut menunjukkan bhwa
pengajaran berdasarkan pengalaman memberi siswa seperangkat/serangkai
situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang
dirancang oleh guru. Cara ini mengarahkan kepada siswa untuk mengeksplorasi
yang dialami dan investigasi langsung kedalam suatu situasi pemecahan
masalah/daerah mata ajaran tertentu.
Tujuan pendidikan yang mendasari
strategi ini adalah :
1. Untuk
menambah rasa percaya diri dan kemampuan pelajar melalui partisipasi belajar aktif.
2. Untuk
menciptakan interaksi sosial yang positif guna memperbaiki hubungan sosial
dalam kelas.
Sedangkan
aktivitas belajar otentik berarti Brown, Collins, dan Duguid (1989) mendefinisikan kegiatan
otentik merupakan sebagai kegitan yang "koheren, dan bermakna, serta
memiliki tujuan " (hal. 34). Konteks aktivitas otentik adalah
dimana pelaksana (instruktur) tidak hanya melakukan aktivitas di kelas atau di
tempat pelatihan saja. Aktivitas otentik dalam pembelajaran dibangun
dengan menggunakan bahasa sehari-hari, dan situasi sehari-hari. (sumber: http://tarbiyahiainib.ac.id/dosen/artikel-dosen/182-teori-desain-konstruktivis).
Belajar otentik biasanya berfokus pada dunia nyata,
masalah-masalah yang kompleks dan solusinya, menggunakan latihan role-playing, pembelajaran berbasis
masalah, studi kasus, dan partisipasi dalam komunitas praktek virtual.
Lingkungan belajar dibuat inheren dengan multidisiplin. Lingkungan pembelajaran
tidak dibangun untuk mengajar geometri atau filsafat. Lingkungan pembelajaran
aktivitas otentik menyediakan aplikasi “dunia nyata” atau disiplin, seperti :
manajemen kota, membangun rumah, menerbangkan pesawat, menetapkan anggaran,
memecahkan tindak kejahatan, dan lain sebagainya yang diajarkan dengan
permainan multi disiplin, multi perspektif, alternatif cara kerja, kebiasaan
berfikir, dan kondisi masyarakat. Peserta didik perlu menumbuhkan “kemampuan portable” atau kemampuan yang dapat
dibawa sebagai dasar dalam aktivitas belajar otentik. Kemampuan portable tersebut adalah sebagai berikut
:
a.
Penilaian untuk membedakan informasi
yang reliabel dan tidak reliabel.
b.
Kesabaran untuk mengikuti berbagai
argumen.
c.
Kemampuan sintesis untuk mengenali pola
yang relevan dalam konteks asing.
Fleksibilitas
untuk berkerja melintasi batas-batas disiplin dan budaya untuk menghasilkan
solusi yang inovatif.
0 komentar:
Post a Comment