1.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Pembaca
diharapkan dapat memahami tentang:
a. Pengertian
proses keputusan inovasi
b. Model
proses keputusan inovasi
c. Lima
tahap proses keputusan inovasi
2.
PENGANTAR
Dalam
Bab III telah dibicarakan secara singkat tentang 4 tipe keputusan inovasi yaitu
tipe keputusan inovasi opsional, kolektif, otoritas dan kontigen.
Tipe
keputusan inovasi opsional banyak digunakan dalam proses difusi inovasi yang
sasaran utamanya anggota sistem sosial sebagai individu (pribadi). Misalnya
inovasi pertanian, kesehatan, kesejahteraan, dan sebagainya. Dengan inovasi itu
diharapkan setiap individu akan menerima dan menerapkan inovasi untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Tipe
keputusan inovasi kolektif, otoritas dan kontigen banyak digunakan dalam difusi
inovasi yang sasaran utamanya individu sebagai anggota organisasi formal.
Misalnya difusi inovasi pendidikan yang sasarannya sekolah-sekolah, dan
perguruan tinggi, inovasi bidang pemerintahan, bidang politik, dan sebagainya.
Dalam
Bab IV ini akan dibicarakan secara terinci proses keputusan inovasi opsional,
yang menjadi dasar untuk memahami tipe keputusan inovasi yang lain. Sedangkan
tipe inovasi otoritas dan kolektif akan dibicarakan pada Bab VII, pada waktu
membicarakan inovasi dalam organisasi.
Dalam
Bab VI ini akan dibicarakan tentang pengertian proses keputusan inovasi, model
proses keputusan inovasi, dan tahap-tahap proses keputusan inovasi.
3.
PENGERTIAN PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Proses
keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) oleh individu (unit
pengambilan keputusan yang lain), mulai dari pertama kali tahu adanya inovasi,
kemudian dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan
keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi
terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi
bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian
kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau
organisasi dapat menilai gagasan ysng baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk
selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya. Ciri pokok
keputusan inovasi dan merupakan perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain
ialah dimulai dengan adanya ketidak tentuan (uncertainty) tentang sesuatu
(inovasi).
Misalnya
kita harus mengambil keputusan antara menghadiri rapat atau bermain olahraga,
maka kita sudah tahu apa yang akan dilakukan jika olahraga begitu pula apa yang
akan dilakukan jika menghadiri rapat. Rapat dan olahraga bukan hal yang baru.
Pertimbangan dalam mengambil keputusan mana yang paling menguntungkan sesuai
dengan kondisi saat itu. Keputusan ini bukan keputusan inovasi.
Tetapi
jika kita harus mengambil keputusan untuk mengganti penggunaan kompor minyak
dengan kompor gas, yang sebelumnya belum pernah tahu tentang kompor gas, maka
keputusan ini adalah keputusan inovasi. Proses pengambilan keputusan mau atau
tidak mau menggunakan kompor gas, dimulai dengan adanya serba ketidak tentuan
tentang kompor gas. Masih terbuka berbagai alternatif, mungkin lebih bersih,
lebih hemat, lebih tahan lama, tetapi juga mungkin berbahaya, dan sebagainya.
Untuk sampai pada keputusan yang mantap menerima atau menolak kompor gas perlu
iinformasi. Dengan kejelasan informasi akan mengurangi ketidak tentuan dan
berani mengambil keputusan.
4.
MODEL PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Menurut
Rogers, proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, (perhatikan bagan no.
4-1 hal. 89). Yaitu:
(1) Tahap
Pengetahuan (Knowledge), tahap ini berlangsung, bila seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, membuka diri terhadap adanya suatu inovasi serta
ingin mengetahui bagaimana fungsi inovasi tersebut.
(2) Tahap
Bujukan (Persuasion), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, mulai membentuk sikap menyenangi atau tidak
menyenangi terhadap inovasi.
(3) Tahap
Keputusan (Decision), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit pengambil
keputusan yang lain, melakukan aktivitas yang mengarah kepenetapan untuk
memutuskan menerima atau menolak inovasi.
(4) Tahap
Implementasi (Implementation), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, menerapkan atau menggunakan inovasi.
(5) Tahap
Konfirmasi (Confirmation), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, mencari penguatan terhadap keputusan inovasi
yang telah dibuatnya. Pengambil keputusan dapat menarik kembali keputusannya jika
ternyata diperoleh informasi tentang inovasi yang bertentangan dengan informasi
yang diterima terdahulu.
LIMA TAHAP PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Setelah
kita ketahui model proses keputusan inovasi yang menunjukkan urutan kelima tahap
proses keputusan inovasi, maka berikut ini akan dijelaskan setiap tahap secara
terinci.
(1)
Tahap Pengetahuan
Proses
keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi
inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi
membuka diri untuk mengetahui inovasi.
Seseorang
menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara
aktif bukan secara pasif. Misalnya pada
acara siaran televisi disebutkan berbagai macam acara, salah satu menyebutkan
bahwa pada jam 19.30 akan ada siaran tentang metode baru cara mengajar
berhitung di Taman Kanak-kanak. Guru A yang mendengar dan melihat acara
tersebut kemudian sadar bahwa ada metode baru, serta membuka dirinya untuk
mengetahui apa dan bagaimana metode tersebut, maka pada diri Guru A tersebut
sudah mulai proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan. Sedangkan guru B
walaupun mendengar dan melihat acara TV, tidak ada keinginan untuk tahu, maka
belum terjadi proses keputusan inovasi.
Seseorang
menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya tentu berdasarkan pengamatannya
tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhannya, minatnya atau mungkin juga
kepercayaannya. Seperti contoh A tersebut, berarti ia ingin tahu metode baru
berhitung karena ia memerlukannya. Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan, karena
kebetulan ia merasa butuh. Tetapi mungkin juga terjadi bahwa karena seseorang
butuh sesuatu maka untuk memenuhinya diadakan inovasi. Dalam kenyataan di
masyarakat hal yang kedua ini jarang terjadi, karena banyak orang tidak tahu
apa yang diperlukannya. Apalagi dalam bidang pendidikan, yang dapat merasakan
perlunya ada perubahan biasanya orang yang ahli, sedang guru sendiri belum
tentu mau menerima perubahan atau inovasi yang sebenarnya diperlukan untuk
mengefektifkan pelaksanaan tugasnya. Sebagaimana halnya menurut dokter, kita
perlu makan vitamin, tetapi kita tidak menginginkannya, dan sebaliknya
sebenarnya kita ingin sate tetapi menurut dokter justru sate membahayakan kita.
Setelah
seseorang menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui
inovasi, maka keaktifannya untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang inovasi
itu bukan hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetapi juga pada tahap
yang lain bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui
aspek-aspek tertentu dari inovasi.
Pada
permulaannya ingin tahu tentang apa, mengapa dan bagaimana cara bekerjanya.
Pada tahap persuasi biasanya ingin tahu lebih jauh lagi tentang bagaimana cara
menggunakannya yang benar, syarat-syarat yang diperlukan dan sebagainya. Makin
komplek suatu inovasi maka makin banyak dan komplek juga yang harus diketahui.
Kemudian dapat berkembang lebih mendalami lagi yang ingin diketahui yaitu
bagaimana prinsip-prinsip penggunaannya, dalam hal ini ada kaitannya dengan
dasar teorinya. Makin jelas dan makin dalam seseorang mengetahui inovasi akan
makin kuat landasan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
Berkaitan
dengan pengetahuan tentang inovasi, ada generalisasi (prinsip-prinsip umum)
tentang orang yang lebih awal mengetahui tentang inovasi;
(a)
Orang yang lebih awal tahu tentang
inovasi lebih tinggi pendidikannya daripada yang akhir.
(b)
Orang yang lebih awal tahu tentang
inovasi lebih tinggi status sosial ekonominya daripada yang akhir
(c)
Orang yang lebih awal tahu tentang
inovasi lebih terbuka terhadap media massa daripada yang akhir.
(d)
Orang yang lebih awal tahu tentang
inovasi lebih terbuka terhadap komunikasi interpersonal daripada yang akhir.
(e)
Orang yang lebih awal tahu tentang
inovasi lebih banyak kontak dengan agen pembaharu daripada yang akhir.
(f)
Orang yang lebih awal tahu tentang
inovasi lebih banyak berpartisipasi dalam sistem sosial daripada yang akhir.
(g)
Orang yang lebih awal tahu tentang
inovasi lebih kosmopolitan daripada yang akhir.
Perlu
diketahui juga bahwa tahu tentang inovasi tidak sama dengan melaksanakan atau
menerapkan inovasi. Banyak orang yang tahu tetapi tidak melaksanakan, dengan
berbagai kemungkinan penyebabnya.
Prinsip-prinsip
umum atau generalisasi tersebut, umumnya berdasarkan penelitian inovasi di
kalangan pertanian, apakah hal itu juga berlaku pada inovasi pendidikan? Coba
perhatikan beberapa inovasi pendidikan di Indonesia dan coba dianalisis apakah
menurut pengamatan anda generalisasi tersebut juga berlaku.
(2)
Tahap Bujukan (Persuasi).
Pada
tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan
proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang
berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi
inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi.
Dalam
tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran. Seseorang
akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi, dan menafsirkan
informasi yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi
disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan
karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi (perhatikan
bagan 4-1).
Dalam
tahap persuasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi
kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada kemampuan untuk
memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan
situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental ini, perlu adanya gambaran
yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan inovasi, jika mungkin sampai pada
konsekuensi inovasi.
Hasil
dari tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak
menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses
keputusan inovasi atau dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian antara
menyenangi inovasi dan menerapkan inovasi. Namun perlu diketahui bahwa
sebenarnya antara sikap dan aktivitas masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi
belum tentu ia menerapkan inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara:
pengetahuan, sikap dan penerapan (praktek). Misalnya seorang guru tahu tentang
metode diskusi, tahu cara menggunakannya, dan senang seandainya menggunakan,
tetapi ia tidak pernah menggunakan, karena beberapa faktor: tempat duduknya
tidak memungkinkan, jumlah siswanya terlalu banyak, dan takut bahan
pelajarannya tidak akan dapat disajikan sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan. Perlu ada bantuan pemecahan masalah.
Dalam
penerapan inovasi ada pula yang disebut Preventive innovation (inovasi
preventif) yaitu seseorang menerapkan inovasi karena ingin terhindar dari
sesuatu yang tidak diinginkan di kemudian hari. Misalnya keluarga berencana,
penggunaan helm, mengikuti asuransi, dan sebagainya.
(3)
Tahap Keputusan
Tahap
keputusan dari proses keputusan inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan
kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima
inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti
tidak akan menerapkan inovasi.
Sering
terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan
jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan
secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Tetapi tidak semua inovasi dapat dicobadengan dipecah menjadi beberapa bagian.
Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat diterima.
Dapat
juga terjadi percobaan cukup dilakukan sekelompok orang, dan yang lain cukup
mempercayai dengan hasil percobaan temannya.
Perlu
diperhatikan bahwa dalam kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan
inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada
awal tahap pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga
terjadi setelah konfirmasi, dan sebagainya.
Ada
dua macam penolakan inovasi yaitu:
(a)
Penolakan aktif artinya penolakan
inovasi setelah melalui proses mempertimbangkan untuk menerima inovasi atau
mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan akhir menolak inovasi.
(b)
Penolakan pasif artinya penolakan
inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali.
Dalam
pelaksanaan difusi inovasi antara: pengetahuan, persuasi dan keputusan inovasi
sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaiatan. Bahkan
untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi urutan:
pengetahuan-keputusan inovasi-baru persuasi.
(4)
Tahap Implementasi
Tahap
implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan
inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlangsung keaktifan baik mental maupun
perbuatan. Keputusan penerimaan gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktek.
Pada umumnya implementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi juga
tejadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti
implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak
tersedia.
Kapan
tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang
sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya suatu
tanda bahwa taraf implementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu
sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak
menerapkan hal yang baru lagi.
Dalam
tahap implementasi dapat terjadi hal yang yang disebut Reinvention (invensi
kembali) yaitu penerapan inovasi dengan mengadakan perubahan atau modifikasi.
Jadi penerapan inovasi tetapi tidak sesuai dengan aslinya. Reinvensi bukan
berarti tentu hal yang tidak baik, tetapi terjadinya re-invensi dapat merupakan
kebijakan dalam pelaksanaan atau penerapan inovasi, dengan mengingat kondisi
dan situasi yang ada.
Hal-hal
yang memungkinkan terjadinya re-invensi antara lain: inovasi yang sangat
komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi
karena sukar untuk menemui agen pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai
kemungkinan aplikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang
sangat luas, kebanggaan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu
juga dapat menimbulkan re-invensi.
(5)
Tahap Konfirmasi
Dalam
tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah
diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh
informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini
sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima
atau menolak inovasi, yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama
dalam tahap konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi atau
paling tidak berusaha menguranginya.
Terjadinya
perubahan tingkah laku seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya
ketidak seimbangan internal. Orang itu merasa dalam dirinya ada sesuatu yang
tidak sesuai atau tidak selaras yang disebut disonansi, sehingga orang
itu merasa tidak enak. Jika seseorang merasa dalam dirinya terjadi disonansi,
maka ia akan berusaha untuk menghilangkannya atau paling tidak menguranginya
dengan cara megubah pengetahuaannya. Dalam hubungannya dengan difusi inovasi,
usaha mengurangi disonansi dapat terjadi:
(a)
Apabila seseorang menyadari akan sesuatu
kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan misalnya dengan
mencari informasi tentang inovasi. Hal ini terjadi pada tahap pengetahuan dalam
proses keputusan inovasi.
(b)
Apabila seseorang tahu tentang inovasi
dan telah bersikap menyenangi inovasi tersebut, tetapi belum menetapkan
keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia akan berusaha untuk menerimanya, guna
mengurangi adanya disonansi antara apa tang disenangi dan diyakini dengan apa
yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan inovasi, dan tahap
implementasi dalam proses keputusan inovasi.
(c)
Setelah seseorang menetapkan menerima
dan menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk menolaknya. Maka disonansi ini
dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan penerimaan dan penerapan inovasi
(discontinuing). Ada kemungkinan lagi seseorang telah menetapkan untuk menolak
inovasi, kemudian diajak untuk menerimanya. Maka usaha mengurangi disonansi
dengan cara menerima inovasi (mengubah keputusan semula). Perubahan ini terjadi
(tidak meneruskan inovasi atau mengikuti inovasi terlambat) pada tahap
konfirmasi dari proses keputusan inovasi. (perhatikan bagan no. 4-1 hal 89).
Ketiga
cara mengurangi disonansi tersebut, berkaitan dengan perubahan tingkah laku
seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan sangat erat
hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain.
Sehingga dalam kenyataan kadang-kadang sukar orang akan mengubah keputusan yang
sudah terlanjur mapan dan disenangi, walaupun secara rasional diketahui ada
kelemahannya. Oleh karena sering terjadi untuk menghidari timbulnya disonansi,
maka ia hanya berusaha mencari informasi yang dapat memperkuat keputusannya.
Dengan kata lain orang itu melakukan seleksi informasi dalam tahap konfirmasi
(selective exposure).
Untuk
menghindari terjadinya drop out dalam penerimaan dan implementasi inovasi
(discontinu) peranan agen pembaharu sangat dominan. Tanpa ada monitoring dan
penguatan orang yang akan mudah terpengaruh pada informasi negatif tentang
inovasi.
Demikianlah
uraian kelima tahap dari proses keputusan inovasi opsional, yang terjadi pada
individu atau unit pengambil keputusan. Proses ini terutama terjadi dalam
proses difusi inovasi yang sasaran utamanya anggota sistem sosial secara
pribadi (perorangan) bukan sebagai kesatuan organisasi. Misalnya dalam lapangan
pertanian. Namun demikian dapat juga dipakai sebagai bahan pemikiran atau
perbandingan dalam pelaksanaan difusi inovasi pendidikan, karena pola proses
terjadinya perubahan pada tiap individu tetap sama. Misalnya untuk difusi
inovasi pendidikan “penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam mengajar”,
maka sasaran utamanya juga guru-guru. Hanya perbedaannya, kalau inovasi
pertanian mungkin setiap petani dapat
membuat perbedaan keputusan ada yang menerima ada yang menolak. Kalau
guru tentu semuanya menerima dan mau melaksanakan, karena terikat kedinasan,
tetapi secara pribadi tetap dapat berlaku tahap-tahap proses keputusan inovasi
seperti model yang telah kita pelajari.
0 komentar:
Post a Comment